Jumat, 29 April 2011

PERANAN MUSEUM PADA PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI


PERANAN MUSEUM DALAM PEMBELAJARAN ANTROPOLOGI

A.  Latar Belakang

Adanya keterkaitan antara kajian antropologi dengan sarana edukasi museum membuat penulis menuangkan hasil pemikirannya berdasarkan kajian pustaka mengenai peranan museum dalam pembelajaran antropologi dalam tulisan ini. Dalam tulisan ini, penulis mengkhususkan diri untuk membahas kontribusi musem dengan jurusan yang sedang penulis geluti yakni jurusan antropologi. Berbicara kontribusi museum dalam antropologi, museum secara nyata memberikan sumbangsih yang cukup besar. Antropologi yang mengkaji masyarakat dan kebudayaan, baik itu dari segi antropologi budaya ataupun dari segi antropologi biologi dengan cabang antropologi fisik yang mana mempelajari sejarah evolusi manusia, secara langsung berkaitan dengan museum karena didalam museum terdapat koleksi-koleksi yang nyata berupa peninggalan benda-benda masa lampau, aktivitas masa lampau, wujud karya budaya masa lampau itu.
Museum khusus misalnya dengan tema koleksi-koleksi peradaban masa lampau, memberikan kontribusi pada bidang kajian yang terdapat dalam antropologi budaya berupa pameran koleksi-koleksi dari peradaban kebudayaan masa lampau dan menyediakan informasi mengenai koleksi tersebut. Sedangkan dalam kajian antropologi fisik, museum mengenai sejarah evolusi manusia sangat bermanfaat. Dalam museum tersebut bisa dilihat bagaimana perkembangan evolusi manusia dengan tampilan kerangka yang ada pada koleksi museum, serta dapat dilihat juga informasi yang tertera pada display-display museum mengenai sejarah manusia purba.
Berdasarkan kerangka pemikiran diatas, dirasakan sangat bagus jika kita menggunakan fasilitas yang telah disediakan oleh museum dalam sistem pembelajaran kita di bidang antropologi. Selain mampu menambah wawasan mengenai sisa peradaban dan aktivitas kebudayaan manusia masa lampau, kita juga dapat sekaligus merekreasikan diri dengan pesona koleksi-koleksi yang tersedia di museum tersebut.

Akhirnya, peran museum pada pembelajaran antropologi cukup memiliki ruang khusus. Dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh museum, antropologi memiliki spasial yang bermanfaat. Hubungan timbalbalik antara museum dan antropologi selayaknya memampukan kita melestarikan sisa peradaban masa lampau dengan segala aktivitas kebudayaannya yang terkandung didalamnya guna membangun bangsa yang bermartabat yang menjunjung sejarah dan kebudayaan manusia dinegara kita.
























B.  Pembahasan

B.1. Sejarah Museum

Berdasarkan tulisan Suwati Kartika dalam museografia vol.III (2009:5) dijelaskan latar belakang berdirinya museum di Indonesia. Kita ketahui bahwa bagsa Eropalah yang melakukan penjelajahan keberbagai wilayah dunia dan menemukan berbagai kebudayaan yang mereka anggap primitif dan kemudian mengamati kebudayaan aneh itu. Berbagai hasil penelitian koleksi-koleksi objek budaya disimpan di istana dan menjadi milik raja-raja. Dari sanalah berkembang koleksi-koleksi menjadi sebuah museum dan museum yang pertama di Eropa yang pertama pada awal abad 18 didirikan di Kopenhagen Denmark.
Kemudian dikatakan bahwa museum di Indonesia mempunyai kaitan dengan adanya museum di Eropa. Hal ini dihubungkan dengan latar belakang sejarah masuknya bangsa Eropa ke wilayah Indonesia. Abad ke 17-18 merupakan awal masuknya bangsa eropa ke nusantara dengan tujuan melakukan hubungan perdagangan untuk membeli hasil bumi dan hasil alam yang dihasilkan oleh daerah beriklim tropis. Para pedagang Belanda pada tahun 1602 membentuk persatuan pedagang Belanda dengan nama VOC (Vereenigen of Oost Indie Company). VOC sangat baik dalam perjalanannya namun harus berakhir karena bangkrut yang disebabkan korupsi di dalam tubuh VOC sendiri.
Selain dari segi perdagangan Belanda juga mengembangkan ilmu pengetahuannya. Para ahli beelanda mengembangkan pelajaran untuk mempelajari dan meneliti kebudayaan masyarakat Indonesia. Salah sate lembaga yang menjadi pusat pengumpulan dan penelitian berbagai objek sejarah dan kebudayaan Indonesia dari berbgai wilayah, dan dibentuklah oleh para ilmuan Belanda disebut  Bataviaashe Genootschaap van Kunsten en Wetenschappen pada 24 April tahun 1778. Lembaga ilmu pengetahuan ini didukung sepenuhnya oleh Pemerintahan Belanda pada waktu itu, bahkan hasil pengumpulan objek sejarah budaya dari seluruh Indonesia dikirim dan di simpan di museum Leiden dan Delft, dibentuk sebuah lembaga Indische Instelling yaitu pusat studi bagi pegawai Pemerintah Kolonial Belanda. Para calon pemerintahan yang akan ditempatkan di Indonesia harus mendapat pengetahuan tentang bahasa, sejarah dan budaya Indonesia.
Bermula tumbuh dari rasa keinginan tentang bangsa dan budaya Indonesia inilah yang telah banyak membawa dampak positif yaitu Indonesia dikenal oleh dunia internasional karena kekayaan khasanah warisan budayanya sampai masa kini. Bataviaach Genootschap Van Kunsten En Wetenchappen itu sendiri yang menjadi cikal bakal museum di Indonesia setelah kemerdekaan Indonesia pada ahun 1945 dan setelah berakhirnya pemerintahan Hindia Belanda, maka lembaga ilmu pengetahuan tersebut pada tahun 1959-1962 berganti nama menjadi Lembaga Kebudayaan Indonesia kemudian pada tanggal 28 Mei 1962 pengelolaannya dibawah Departemen Pendidikan dan Kebudayaan disebut Museum Pusat dan kemudian tahun 1979  menjadi Museum Nasional. Museum ini selanjutnya berada dibawah Departemen Kebudayaan dan Pariwisata sampai saat ini. Pada tanggal 24 April diperingati kelahiran museum ini yaitu tanggal berdirinya lembaga pengetahuan yang menjadi cikal bakal yang dahulu didirikan oleh lembaga ilmu pengetahuan yang berada di Batavia yaitu Bataviaach Genootschap Van Kunsten En Wetenchappen.

B.2. Pengertian Museum

Kata “museum” itu sendiri berasal dari bahasa Yunani “mouseion”, yaitu nama sebuah kuil yang didedikasikan kepada para Dewi yang menguasai seni dan pengetahuan, dibangun di puncak bukit Helikon di Athena, yang mana kuil ini juga berfungsi sebagai tempat menyimpan kekayaan, terutama berupa karya – karya seni rupa  (museografia vol.III, 2009:5). Sementara di Indonesia istilah ‘museum” diadopsi begitu saja tanpa ada perubahan kosa kata dari bahasa Belanda.
Dalam kenyataannya di masyarakat kita, museum merupakan sarana pembelajaran nonformal yang kurang populer, terlebih lagi masyarakat menganggap museum itu hanya merupakan tempat-tempat penyimpanan barang masa lalu saja tanpa mengerti makna yang terkandung di dalam koleksi yang terdapat di museum tersebut. Dapat dikatakan bahwa  museum kurang diminati bahkan tertinggal, dibandingkan dengan tempat-tempat edukasi dan wisata lainnya padahal seharusnya kedua fungsi edukasi dan rekreasi tersebut dapat diwujudkan oleh museum. Fenomena tersebut bisa dicontohkan ketika kita datang ke ibu kota, kita akan lebih tertarik mengunjungi tempat wisata seperti waterboom, mall dan taman-taman dibandingkan mengunjungi museum yang bisa menambah pengetahuan kita. Oleh karena itu, tak mengherankan jika pengunjung museum kebanyakan hanya dari golongan pelajar dan mahasiswa saja, itupun kalau memang keinginan sendiri, akan berbeda jika diharuskan oleh sekolah mereka untuk mengunjungi museum tersebut, sedangkan dari kalangan masyarakat umum pengunjungnya sangat minim. Keadaan seperti ini bisa saja disebabkan oleh ketidakmampuan museum melakukan pendekatan pada masyarakat, museum juga tidak mampu menarik minat masyarakat dan museum dalam pengelolaannya terlalu monoton. Padahal sebagaimana definisi museum dalam ICOM Code of Ethics for Museums, (2006: 14)

B.3. Fungsi Museum

Museum adalah lembaga tetap yang nirlaba (tidak mencari keuntungan) yang melayani masyarakat dan perkembangannya, terbuka untuk umum, yang mengumpulkan, memelihara, meneliti, mengkomunikasikan, dan memamerkan, untuk tujuan  studi, edukasi, dan kesenangan, tinggalan tangible dan intangible manusia dan lingkungannya.
Sesuai dengan definisi museum diatas, dapat dirumuskan bahwa museum memiliki peran strategis dengan amanat untuk :
1.      Mencerdaskan bangsa
2.      Kepribadian bangsa
3.      Ketahanan nasional dan wawasan nusantara.

Berbicara mengenai fungsi museum untuk mencerdaskan bangsa, tentu saja bisa menyiratkan bahwa museum tersebut dibangun bukan hanya sebagai tempat untuk mengenang masa lalu semata dan juga bukan sebagai tempat pemujaan, apalagi peziarahan namun museum itu dibentuk berdasarkan argumentasi ilmiah. Dengan demikian inti museum itu didirikan agar masyarakat umum dan kaum pelajar dapat menambah ilmu, museum  sebagai wadah penelitian serta guna memperluas pengetahuan.
Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (PP No. 19 Tahun 1995) Museum berperan sebagai suatu lembaga yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa, kepribadian bangsa, ketahanan nasional, dan wawasan nusantara serta memberikan layanan kepada masyarakat.
Di dalam sejarah permuseuman terjadi perubahan – perubahan yang bersifat perluasan fungsi. Pada mulanya museum hanya berfungsi sebagai gudang barang, tempat dimana disimpan benda warisan – warisan budaya yang bernilai tinggi dan dianggap patut disimpan. Kemudian fungsinya ditambah dengan fungsi pemeliharaan, pengawetan, konservasi dan pameran. Akhirnya, fungsi museum di perluas lagi hingga ke pendidikan secara umum dan untuk kepentingan masyarakat seluas – luasnya.
Museum berfungsi sebagai penelitian, komunikasi, dan preservasi (ICOM:25), Pada dasarnya, fungsi dan tugas museum, dapat disimpulkan sebagai berikut :
Fungsi Konservasi
Museum ikut dan berperan serta secara aktif dalam pengumpulan, pemeliharaan dan pengamanan benda – benda warisan yang dianggap bernilai. Perwujudan fungsi tersebut didukung dengan penempatan personalia yang terlatih, terdidik dalam hal kebudayaan dan keilmuan yang bersangkutan dengan benda – benda obyek museum tersebut.
Fungsi Sosio – Kultural
Museum membina kemampuannya dalam memperagakan benda – benda yang disimpannya. Dengan kata lain, museum harus mampu menjadi sarana pameran benda – benda budaya ataupun benda alami yang merupakan obyek perhatian utamanya.

Fungsi Sarana Pendidikan
Perluasan fungsinya sebagai sarana pendidikan, museum harus memiliki fasilitas yang dapat digunakan dengan sebaik – baiknya demi menjadikan benda – benda obyek museum menjadi alat pendidikan yang cukup efektif, terutama dalam upaya membangkitkan kesadaran untuk menilai dan menghargai kekaryaan human.
Fungsi Esensial
Melalui aneka jenis karya human yang dimiliki museum sebagai obyeknya, membantu manusia mengenal keseluruhan perjalanan \ peradaban manusia dimuka bumi ini, bukan hanya sekedar tontonan bagi para turis lokal maupun mancanegara.

B.4. Peran museum pada pendidikan

Menurut Suwati Kartiwa dalam museografia (2009:10), Koleksi Museum Nasional menginformasikan tentang perjalanan sejarah budaya Indonesia dari masa prasejarah , masa klasik dari abad ke empat sampai abad ke 15 kemudian sekitar abad 16 masuknya pengaruh agama Islam dan masa pemerintahan Hindia Belanda sekitar abad 17 sampai saat ini. Selian itu berbagai hasil karya dari berbagai etnik yang dapat mewakili 525 etnik yang terluas mendiami 17.000 pulau besar dan kecil dari Sabang sampai Merauke.berbagai objek budaya juga mencerminkan nilai budaya dan sejarah bangsa Indonesia dan peran alam lingkungan yang banyak memberi makna dalam kehidupan bangsa Indonesia.
Melalui museum kita memperoleh pengetahuan tentang identitas budaya bangsa yang dikenal melalui karya-karya budaya yang tidak saja secara visual dapat dilihat dan dinikmati tetapi juga menyampaikan isi pesan nilai-nilai budaya yang menjadi latar belakang dari karya tersebut (museografia, 2009:10).
Dalam museografia vol. III (2009:10) dijelaskan bahwa pengertian edukatif yang rekreatif dibidang pendidikan dapat diartikan hubungan yang erat museum dengan sekolah-sekolah yang perlu mengenal berbagai aspek mengenai sejarah, seni, budaya, dan berbagai ilmu pengetahuan dan sebagainya.  Mereka berkunjung  melihat melalui pameran tetap maupun pameran temporer museum. Bahkan museum merancang kerjasama dengan sekolah suatu program edukatif dengan guru sekolah. Salah satu museum khusus yaitu Museum Gawitra dan Museum Iptek di Taman Mini banyak melakukan kerjasama dengan sekolah-sekolah untuk program kunjungan ke museum dalam kaitan dengan pengetahuan.
Kalau koleksi museum mengenai evolusi kerangka manusia ada didalamnya maka membantu para pelajar mempelajari teori evolusi manusia yang terdiri dari evolusi manusia purba hingga manusia pintar atau Homo Sapiens.
Koleksi museum yang berisikan benda-benda berupa jejak peradapan dan peninggalan purbakala serta berbagai peninggalan bernilai historis tinggi  dari berbagai tempat dan sumber maka akan membantu para pelajar menghayati makna yang terkandung pada benda-benda tersebut, dimana dalam ilmu sejarah pasti dikemukakan aspek-aspek historis dari sebuah latarbelakang peristiwa sejarah dan peninggalan-peninggalan dari peristiwa tersebut yang selalu didokumentasikan di museum. Demikian juga kiranya dengan benda-benda peradapan dan peninggalan purbakala yang menjadi kajian antropologi dan arkeologi, benda-benda tersebut pasti sangat berguna untuk mengumpulkan berbagai informasi bagi studi mereka.
Hal yang sama juga dapat kita lihat manfaat museum dalam pendidikan yang berupa prasasti atau tulisan kuno yang dikumpulkan dari penggalian arkeolog-akeolog, sehingga dapat  mempelajari etnolingustiknya dan menyusun sejarah kerajaan-kerajaan yang pernah menguasai berbagai wilayah di Indonesia.
Bertolak dari pembahasan diatas dapat kita ketahui aspek positif yang museum miliki bagi pendidikan baik itu pendidikan formal maupun pendidikan nonformal. Maka dari itu diharapkan adanya perhatian lebih bagi museum agar dapat berkembang lebih baik lagi dan menjadi sumber edukatif dan rekreatif bagi khalayak ramai terutama bagi kaum pelajar.







B.5. Pengertian dan Konsep Antropologi

Antropologi merupakan ilmu sosial yang secara khusus mempelajari tentang prilaku sosial dalam masyarakat. Prilaku sosial ini meliputi prilaku individu maupun prilaku kolektif dari suatu kelompok berorientasi pada system tata kelakuan dan hubungan yang telah mengakar dalam masyarakat.
tropologi.

Beberapa ahli antropologi telah merumuskan beberapa definisi mengenai antropologi, di antranya adalah sebagai berikut :

·         Ralfh L Beals dan Harry Hoijen
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dan segala apa yang dikerjakannya.

·         Allan H Smith dan John L Fiscer
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dengan segala kompleksitasnya atau manusia dengan segala aspek-aspeknya. Aspek-aspek itu menyangkut asal mula, perkembangan, sifat, dan ciri-ciri manusia serta kebudayaanya.

·         Koentjaraningrat
Antropologi adalah ilmu yang mempelajari manusia dari aspek biologisnya dan perilakunya dari segi sosialnya serta mempelajari segala bentuk kebudayaan manusia.

Istilah kebudayaan yang melekat pada antropologi memiliki defini tersendiri. Definisi yang dikemukakan oleh berbagai ahli antropologi, seperti : C. Wissler, C. Kluckhon, A. Davis, dan A. Hoebel, beberapa di antara mereka mengatakan bahwa ( “kebudayaan” dan “tindakan kebudayaan” itu adalah segala tindakan yang harus dibiasakan oleh manusia dengan belajar (learned behavior).
Koentjaraningrat (199) menuliskan bahwa kata Kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta, yaitu “buddhayah”, yang merupakan bentuk jamak dari kata “buddhi”, yang berarti “budi” atau “akal”. Dengan demikian, kebudayaan dapat diarikan sebagai “hal-hal yang bersangkutan dengan akal”. Ada sarjana lain yang mengupas kata budaya sebagai perkembangan dari majemuk “budi – daya”, yang berarti “daya dari budi”. Oleh karena itu, kata budaya dibedakan dari kata kebudayaan. Demikian, budaya adalah “daya dari budi yang berupa cipta, karsa dan rasa”, sedangkan kebudayaan adalah “hasil dari cipta, karsa dan rasa itu”.
Selanjutnya konsep-konsep dasar pada dasarnya adalah konsep-konsep yang pokok yang akan menjadi bahan  kajian dalam Antropologi.
1. Konsep-konsep dasar Dalam masyarakat kita mengenal istilah baku yang berkaitans dengan struktur kehidupan dan pergaulan antar individu. Dalam masyarakat antara lain :
 a. Individu Individu merupakan unsur masayarakat yang terkecil yang hidup didalam kelompok kelompok seperti keliarga, kerabat, komunitas.
b. Keluarga Keluarga merupakan satuan sosial yang terdiri dari ayah, ibu dan anak-anak yang terbentuk melalui proses perkawinan dan adopsi.
 c. Kerabat Kerabat adalah persekutuan orang-orang yang mempunyai persamaan darah dan keturunan.
d. Masyarakat Masyarakat merupakan persekutuan hidup orang-orang yang menempati wilayah tertentu dan membina kehidupan bersama dalam berbagai aspek kehidupan atas dasar norma sosial tertentu.
e. Budaya Dalam pergaulan antar manusia akan menghasilkan budaya yaitu hasil budi dandaya manusia dalam kehidupan bermasyarakat yang selanjutnya akan menjadi pola atau pedoman prilaku dalam penyelenggaraan kehidupan dalam masyarakat.
Kebudayaan dapat berbentuk 3 wujud menurut Koentjaraningrat dalam Pengantar Antropologi ( : 186) :
Ø Ide-ide atau pola gagasan manusia yaitu suatu pola pikir yang ada didalam pikiran manusia
Ø Benda-benda hasil karya manusia yang konkret
Ø Sistem aktifitas seperti berbagi jenis tarian, senam, kegiatan-kegiatan sosial, kegiatan ritual dan lain-lain.
f. Interaksi sosial
Interaksi sosial merupakan hubungan dan pengaruh timbal balik ntara manusia dalam masyarakat baik hubungan-hubungan individual, hubungan kelompok, maupun hubungn individual dengan kelompok.
g. Sosialisasi
Proses sosialisasi pada dasranya merupakan proses belajar berinteraksi bagi seorang individu di tengah-tengah masyarakat sehingga individu tersebut dapat berprilaku ayng sesuai dengan nilai-nilai dan norma yang berlaku didalm masyarakat
h. Nilai dan norma
Nilai dan norma dalam masyarakat berfungsi sebagai pedoman prilaku yang telah disepakati oleh warga masyarakat termasuk apda pendahulu yang membuatnya. Sedangkan norma pada dasarnya merupakan perwujudan konkrit dari nilai-nilai sosial. Agar norma dapat dipatuhi oleh semua warga masyarakat, maka norma dilengkapi dengan sanksi.

B.6.  Manfaat mempelajari Antropologi :

1. Dapat mengetahui pola prilaku manusia dalam kehidupan bermasyarakat secara Universal maupun pola prilaku manusia pada tiap-tiap masyarakat (suku bangsa)
2. Dapat mengetahui kedudukan serta peran yang harus kita lakukan sesuai dengan harapan warga masyarakat dari kedudukan yang kita sandang
3. Dengan mempelajari Sosiologi dan Antropologi akan memperluas wawasan kita terhadap tata pergaulan umat manusia diseluruh dunia yang mempunyai kekhususan-kekhususan ayng sesuai dengan karakteristik daerahnya sehingga menimbulkan toleransi yang tinggi
4. Dapat mengetahui berbagai macam problema dalam masyarakat serta memiliki kepekaan terhadap kondisi-kondisi dalam masyarakat baik yang menyenangkan serta mampu mengambil inisiatif terhadap pemecahan permasalahan yang muncul dalam lingkungan masyarakatnya.
Pengertian Antropologi dapat dilihat dari 2 sisi yaitu Antropologi sebagai ilmu pengetahuan artinya bahwa Antropologi merupakan kumpulan pengetahuan-pengetahuan tentang kajian masyarakat dan kebudayaan ayng disusun secara sistematis atas dasar pemikiran yang logis.
Dan pengertian Antropologi yang kedua adalah cara-cara berpikir untuk mengungkapkan realitassosial dan budaya yang ada dalam masyarakat dengan prosedur dan teori yang dapat dipertanggungjawabkan kebenarannya secara ilmiah.

B.7. Kaitan Museum dan Antropologi

 Sebagai wadah penelitian khususnya dan menambah ilmu serta pengetahuan, museum secara tidak langsung memberikan kontribusi pada ilmu pengetahuan lainnya. Dengan tema-tema khusus dari museum itu sendiri dapat kita gunakan sebagai rujukan sumber edukasi secara tidak formal. Sebagai contoh, museum geologi yang berisikan koleksi-koleksi mengenai bidang geologi pasti  berguna bagi mereka yang mencari informasi mengenai geologi itu sendiri  dan ilmu bantu dalam bidang ilmu bumi tersebut.
Museum merupakan wadah penampung hasil penyelidikan arkeologi mengenai data arkeologis baik berupa peninggalan-peninggalan masa lampau yang mampu merekonstruksi sejarah kebudayaan atau cara hidup manusia di masa lampau sehingga dapat dipahami sejarah kebudayaan masa lampau itu, dan untuk selanjutnya digunakan untuk memahami proses-proses dinamis dalam pembentukan kebudayaan. Dalam metode penelitian arkeologi (1999:11) dituliskan bahwa arkeologi membantu antropologi merekonstruksi sejarah kebudayaan manusia melalui penyelidikan arkeologi. Rentetan penyelidikan inilah yang berguna dalam antropologi dimana museum menjadi alternatif untuk mengetahui proses dinamis pembentukan kebudayaan dari masa lampau sampai masa klasik dapat dilihat wujud nyatanya melalui bukti-bukti peninggalan data arkeologi yang dipamerkan di museum.
Museum memililiki memiliki 3 bentuk yakni Building museum (museum yang terdiri dari bangunan yang sengaja didirikan untuk menyimpan artefack). Site museum (museum situs misalnya : situs benteng putri hijau) dan Open air museum (museum terbuka misalnya : kesawan). Secara umum bentuk museum yang paling banyak dikunjungi adalah museum gedung atau building museum. Ketiga wujud museum ini sangat membantu bahan pembelajaran dalam ilmu antropologi. Dimana ilmu antropologi itu merupakan ilmu yang mempelajari masyarakat dan kebudayaannya. Dan objek kajian antropologi itu berupa manusia dan seluruh hasil cipta, karya, dan karsa manusia itu sendiri. Dapat dikatakan bahwa ada kaitan yang cukup erat antara museum dan antropologi. Dimana museum dapat menunjang sumber pengetahuan bagi antropologi melalui kontribusinya berupa koleksi-koleksi pada museum yang terdiri dari peninggalan-peninggalan sisa peradaban manusia masa lampau dan dari sisa peradaban itu juga dapat diketahui rentetan kebudayaan yang terjadi di masa lampau.
Dalam penyelidikan dan penelitian mengenai aspek kebudayaan terlebih pada masa lampau, ilmu antropologi sangat terpengaruh dengan adanya museum. Sebelumnya penulis ingin menerangkan bahwa museum memberikan satu ikatan yang kuat antara penyelidikan arkeologi, sejarah dan antropologi. Semua koleksi yang terdapat dalam museum merupakan hasil dari berbagai ekskavasi atau penggalian yang dilakukan para ahli arkeologi. Kemudian data arkeologis ataupun benda-benda peninggalan dari hasil ekskavasi tadi diteliti dari segi arkeologi sehingga dapat disusun data-data sejarah yang melekat pada benda peninggalan tersebut. Dan pada akhirnya, rentetan sejarah manusia dan kebudayaannya di masa lampau pun bisa lahir melaui penelitian arkeologi. Dan semua benda peninggalan sejarah masa lampau itupun pada akhirnya disumbangkan ke museum guna dipamerkan dan memberikan informasi yang benar pada khalayak ramai mengenai benda-benda bersejarah dan hasil kebudayaan masa lampau. Sehingga antropologi itupun dapat mempergunakan hasil penelitian arkeologi yang dipamerkan di museum tersebut guna mempelajari sejarah kebudayaan manusia serta perkembangannya sampai saat ini.
Antropologi juga memberikan sumbangsihnya pada museum. Antropologi dan museum memberikan kontribusi timbalbalik. Diatas telah disebutkan museum sebagai sarana koleksi peninggalan masa lampau yang dapat ditelusuri jejak-jejak perkembangan manusia dan kebudayaannya di masa lampau. Terlepas dari hal itu, antropologi juga memberikan sumbangsihnya dalam bentuk hasil-hasil penelitian antropologi yang bisa melengkapi berbagai koleksi di museum itu sendiri.
Salah satu bagian penting bahwa museum dapat memberikan informasi tentang aspek kehidupan masa lampau yang masih dapat diselamatkan sebagai warisan budaya untuk menjadi bagian dari jati diri suatu bangsa. Pembuktian masa lampau dapat dihubungkan dengan perkembangan budaya masa kini. Hal ini misalnya kalau kita perhatikan apa yang pernah dibuat masa lalu dan hasil karya-karya yang dibuat masa kini, tampak suatu perkembangan yang memberikan contoh-contoh kreativitas yang berkembang terus berkepanjangan. Unsur-unsur kebudayaan masa lampau yang dipilah dan dipilih dan berkesinambungan, baik itu pengaruh dari dalam maupun pengaruh dari luar lingkungannya yang tampak bersifat dinamis dan selalu disertai kreativitas-kreativitas dan memunculkan inovasi yang baru sesuai dengan kebutuhannya dari masa ke masa dan tidak menunjukkan aspek yang statis. Inilah yang menjadi salah satu sumbangan dari museum bagi bangsa kita yang mengumpulkan, menyimpan dan memamerkan khasanah budaya bangsa Indonesia. Sebagaimana pada umumnya museum museum telah banyak menarik perhatian dari berbagai bangsa di dalam pergaulan internasional antar bangsa. Koleksi museum dengan kekayaan khasanahnya menjadikan bangsa Indonesia mampu memberikan sumbangan pada salah satu peradaban yang tinggi yang sama seperti halnya bangsa-bangsa lainnya.


B.8. Peranan Museum dalam Pembelajaran Antropologi

Secara umum, peran museum sangat penting terhadap penguatan identitas masyarakat termasuk masyarakat sekitarnya. Mengingat peran museum yang sangat strategis, museum ditempatkan untuk pentingan akademis hingga masyarakat untuk mendapatkan penguatan dan pembinaan terhadap rasa kebangsaan. Disamping itu juga museum dapat menjadi tempat yang otentik dan objektif bagi masyarakat untuk memperoleh arah mengenali lebih dekat identitasnya dalam suatu identitas komunitas atau bangsa. Lebih jauh lagi museum memiliki banyak peran terkait masyarakat yakni peran tadisional yang terkait dengan misi kebudayaan guna membentuk budaya nasional.
Sedangkan secara khusus, museum juga berperan dalam pembelajaran antropologi yang mana seperti yang telah kita ketahui bahwa museum sebagai wahana untuk memberikan gambaran dan mendidik perkembangan alam dan budaya manusia kepada komunitas dan publik. Oleh karena pentingnya tinggalan budaya tersebut, maka penting untuk dilestarikan melalui arsip kultural seperti museum. Maka dari itu, antropologi dapat memanfaatkan fungsi wahana museum ini dalam proses pembelajaran.
Selanjutnya, antropologi dapat memanfaatkan berbagai dokumentasi  dan koleksi yang dikumpulkan, dan dirawat di museum agar kita mengetahui warisan alam dan budaya, sehingga menjadi gampang untuk memperoleh informasi dan mudah mengerti bila ada contoh nyata dari peninggalan warisan alam dan budaya tersebut. Koleksi Museum merupakan sumber penting dari warisan budaya bagi banyak individu dan masyarakat.
Dalam pranata antropologi meliputi berbagai aspek antara lain Lembaga Pendidikan Antropologi, Dinas Kebudayaan dan Pariwisata, para pakar antropologi, peminat kebudayaan masyarakat Indonesia, mahasiswa antropologi dan para arkeolog. Dengan demikian berbagai unsur dan aspek termasuk kelompok pelaku antropologi sangat erat hubungannya dalam sebuah kelembagaan Institute Museum dan Antropologi yang didukung oleh berbagai unsur yang terkait dan saling berinteraksi. Museum mempunyai peranan dan kedudukan yang strategis, Institute Museum dan Antropologi, contohnya merupakan tempat berkumpulnya para pakar antropologi mulai dari pekerja dan pengamat antropologi sampai pada para teoritis dan masyarakat penggemar, peneliti budaya suku bangsa dan pengagum kebudayaan pada umumnya. Hal yang lebih menarik lagi terutama adalah peran dari presentasi pameran museumnya yang memamerkan koleksi-koleksi jejak-jejak kebudayaan manusia masa lampau. Pembendaharaan jejak kebudayaan merupakan peluang besar bagi para ahli antropologi dan peneliti suku bangsa serta arkeolog untuk mengamati, mempelajari dan menulis tentang permasalahan antropologi dengan kajian utamanya manusia dan kebudayaannya yang kompleks.
B.9. Museum yang Berperan Dalam Antropologi

Dari pembahasan diatas telah penulis ungkapkan peranan museum terhadap pembelajaran antropologi, dan dibawah ini merupakan beberapa museum yang bermanfaat dalam menimba informasi mengenai peradaban dan kebudayaan manusia di beberapa negara.

a.       Museum Etnologi Dunia Melayu


Museum ini berada di Malaysia, beberapa koleksi didalamnya merupakan sumber-sumber informasi pengetahuan yang bisa digunakan oleh antropologi khususnya mengenai kebudayaan melayu. Pengumpulan koleksi dan penyelidikan mengenai dunia Melayu di Malaysia kini giat dilakukan dan aktivitas ini berkelanjutan. Pengumpulan koleksi dimuseum mereka meliputi pelbagai jenis seperti tekstil, senjata, ukiran, alat logam dan teknologi, perhiasan diri, alat musik dan sebagainya. Koleksi-koleksi yang terbaik dan unggul serta sukar diperoleh ini mereka dapatkan dari beberapa buah negara seperti Malaysia, Indonesia, Thailand, Filipina, Kemboja, Vietnam, Afrika Selatan, Madagaskar dan lain-lain negara seluruh dunia termasuk rumpun Melayu Polenesia yang unik dan menarik ini kini disimpan di Jabatan Muzium Malaysia.

b.      Museum Etnologi Jepang

Museum Nasional Etnologi (,Kokuritsu Minzokugaku Hakubutsukan) adalah salah satu dari institut riset antaruniversitas sekaligus museum di kota Suita, Prefektur Osaka, Jepang. Museum/institut ini populer dengan sebutan Minpaku. Sejak bulan April 2004, Minpaku menjadi anggota Institusi Nasional Humaniora.
Fungsinya sebagai pusat penelitian serta museum di bidang etnologi dan antropologi budaya. Letaknya di dalam Expo Memorial Park. Sekarang, di dalam kompleks museum terdapat Program Doktoral Humaniora dan Kajian Sosial dari The Graduate University for Advanced Studies.

c.       Museum Etnologi Munich

Sejak ratusan tahun lampau, koleksi benda-benda suku Gayo dan Alas dibawa dan dikumpulkan di Museum Etnologi Munich. Kini, museum tersebut dikenal sebagai museum yang memiliki koleksi benda-benda kebudayaan suku Gayo dan Alas terlengkap di dunia. Museum Etnologi Munich yang terletak di jalan Maximillianstrasse ini, adalah Museum Etnologi kedua terbesar di Jerman, setelah museum serupa yang berada di kota Berlin. Sesuai dengan namanya, museum ini merupakan tempat dikumpulkannya berbagai koleksi kebudayaan yang berasal dari berbagai etnik dari seluruh dunia, termasuk dari Indonesia. Pada mulanya, berbagai koleksi yang ada di museum ini merupakan harta karun dari raja-raja Bavaria, Jerman Selatan. Harta karun itu sebagian besar merupakan pemberian hadiah dari para bangsawan Eropa yang baru pulang dari melanglang buana.
 Pada tahun 1856, didirikanlah Museum Etnologi atau Staatliches Museum für Volkerkunde. Akan tetapi baru pada tahun 1926, museum ini benar-benar berfungsi sebagai Museum Etnologi. Berbagai koleksi yang istimewa dibawa sendiri oleh pada kolektor benda-benda kebudayaan dari berbagai penjuru dunia ke museum yang megah ini, diantaranya, koleksi milik James Cook, penemu kepulauan Cook di Australia, atau pun koleksi benda-benda kebudayaan yang dikumpulkan dari penjelajahan ke Alaska, Siberia, hingga ke negara-negara di Pasifik Selatan dan Rusia. Koleksi benda-benda kebudayaan dari hutan Amazon, misalnya, dibawa oleh dua ilmuwan Muenchen bernama Spix dan Martius, atau kekayaan kebudayaan dari Himalaya dibawa oleh petualang Schlagintweut bersaudara. Sedangkan kekayaan budaya dari Amerika Selatan dikumpulkan dan dibawa oleh Putri Theresia dari Bavaria. Koleksi di museum itu pun sedikit demi sedikit diperkaya oleh berbagai sumbangan para kolektor, entah itu koleksi dari para bangsawan Eropa seperti dari Maximilian von Leuchtenberg, misalnya, atau pun dari para ahli etnologi dari seluruh penjuru dunia. Hingga hari ini, tercatat kalau koleksi di Museum Etnologi Muenchen ini telah mencapai sekitar 300 0000 obyek yang meliputi berbagai koleksi dari Afrika, dari Amerika Selatan dan Amerika Tengah, serta dari Asia Tenggara dan Asia Selatan. Tidak banyak yang mengetahui, Museum Etnologi Munich ini juga memiliki koleksi kebudayaan dari suku Aceh dan Batak yang paling lengkap di dunia. Beberapa koleksi bahkan sudah berusia ratusan tahun dan sudah tidak bisa lagi ditemukan di tempat asalnya. Koleksi benda-benda kebudayaan dari Indonesia ini dibawa sekitar 130 tahun lampau, dan merupakan hadiah dari seorang bangsawan Belanda bernama Chevalier de Grez, yang dipersembahkan kepada raja Ludwig II yang berkuasa pada waktu itu. Di Jerman, museum ini dikenal sebagai tempat dikumpulkannya koleksi kebudayaaan Aceh dan Batak, khususnya kebudayaan suku Alas dan Gayo, meski terdapat juga beberapa koleksi dari kebudayaan Jawa Barat.
            Menurut keterangan Profesor Akifura Iwabuchi, seorang ahli etnologi Jepang yang menspesialisasikan penelitiannya kepada kebudayaan Alas dan Gayo, barang-barang dari suku Alas dan Gayo itu dibawa oleh seorang ahli ilmu bumi Jerman bernama Prof. Wilhelm Volz. Volz yang telah menjelajahi berbagai sudut di Sumatera Utara, khususnya di daerah Batak dan Aceh ini, kemudian mengumpulkan benda-benda kebudayaan seperti peralatan perang tradisional, perhiasan, dan peralatan dapur milik suku Alas dan Gayo. Benda-benda itu sangat
tinggi nilainya, karena, menurut profesor Iwabuchi, pada masa sekarang sudah tidak dapat ditemukan lagi di tempat asalnya. Kalau kita sekarang pergi ke daerahnya, kita tidak bisa lagi menemukan barang-barang serupa itu lagi. Sebab, selama seratus tahun ini, kebudayaan di sana sudah berubah" kata profesor yang bekerja di Museum Etnologi Munich,"Di Indonesia, ada banyak suku-suku kecil seperti suku Alas dan Gayo yang belum dilaporkan panjang lebar oleh peneliti
kebudayaan, sebelum kebudayaannya menghilang, kami, para ahli antropologi, harus mencatat kebudayaan-kebudaya an tersebut, yang nantinya berguna bukan hanya bagi masyarakat Indonesia saja, tetapi juga bagi masyarakat dunia".
Dengan demikian dapat kita ketahui bahwa berbagai museum mempunyai peranan yang sangat baik bagi dunia antropologi. Museum menjadi rumah para antropolog untuk menyimpan dan melestarikan sisa-sisa kebudayaan dari berbagai suku, dari berbagai daerah serta dari berbagai negara yang sangat berguna untuk menyusun kebudayaan manusia yang tersebar dan yang pernah ada dan hidup diberbagai belahan dunia  dengan evolusi kebudayaan manusia itu sendiri.




























C.  Penutup

Museum adalah lembaga, tempat penyimpanan, perawatan, pengamanan, dan pemanfaatan benda-benda bukti materiil hasil budaya manusia serta alam dan lingkungannya guna menunjang upaya perlindungan dan pelestarian kekayaan budaya bangsa (PP No. 19 Tahun 1995) Museum berperan sebagai suatu lembaga yang memiliki tanggung jawab mencerdaskan kehidupan bangsa, kepribadian bangsa, ketahanan nasional, dan wawasan nusantara serta memberikan layanan kepada masyarakat.
Sebagai lembaga edukasi, tentunya museum memiliki peran dalam ilmu pengetahuan khususnya bagi ilmu antropologi. Dimana museum dapat menunjang sumber pengetahuan bagi antropologi melalui kontribusinya berupa koleksi-koleksi pada museum yang terdiri dari peninggalan-peninggalan sisa peradaban manusia masa lampau dan dari sisa peradaban itu juga dapat diketahui rentetan kebudayaan yang terjadi di masa lampau. Dalam penyelidikan dan penelitian mengenai aspek kebudayaan terlebih pada masa lampau, ilmu antropologi sangat terpengaruh dengan adanya museum.
Peran museum pada pembelajaran antropologi cukup memiliki ruang khusus. Dengan segala aktivitas yang dilakukan oleh museum, antropologi memiliki spasial yang bermanfaat. Hubungan timbalbalik antara museum dan antropologi selayaknya memampukan kita melestarikan sisa peradaban masa lampau dengan segala aktivitas kebudayaannya yang terkandung didalamnya guna membangun bangsa yang bermartabat yang menjunjung sejarah dan kebudayaan manusia dinegara kita.








Daftar Pustaka


Museografia Vol.III No. 3, 2009, Direktorat Museum, Jakarta.

Museografia Vol.III No. 4, 2009, Direktorat Museum, Jakarta

Koentjaraningrat, 1999, “Pengantar Antropologi”. Jakarta:Rineka Cipta

http://www.budpar.go.id/






Tidak ada komentar:

Posting Komentar